BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai salah satu lembaga
pendidikan formal merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah di mana anak
didik untuk sekian jam tiap-tiap hari ‘mengisi’ hidupnya (Partowisastro:
1982:13). Di sekolah, guru memiliki
peranan penting karena selain sebagai fasilitator dan motivator dalam
proses pembelajaran, guru juga
berperan sebagai pembimbingdan pendidik. Tugas seorang guru tidak hanya melakukan transformasi ilmu
pengetahuan sajanamun juga mengidentifikasi
siswa yang bermasalah dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah yang
mereka hadapi.
Siswa merupakan salah satu komponen
pendidikan di sekolah, untuk itu perlu mendapat perhatian yang besar dari lingkungan pendidikannya. Kadang-kadang seorang siswa menghadapi
permasalahan yang kompleks yang dapat
mempengaruhi prestasi
belajarnya di sekolah. Problematika yang dihadapi siswa merupakan masalah yang
sangat penting yang harus diketahui oleh guru. Sebab hal itu sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya. Kesulitan belajar tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya faktor kesehatan, keadaan sosial, keadaan keluarga atau
pergaulan, dan berbagai macam masalah pribadi lainnya. Faktor-faktor yang
penyebab terjadinya kesulitan belajar tersebut tidak dapat dihindari oleh
setiap siswa, oleh karena itu tugas guru sebagai tenaga pendidik dan pembimbing
sangat berperan dalam memberikan siswa pertimbangan pemecahan masalah yang
dialami.
Selanjutnya, guru harus memahami dan
mengetahui lebih mendalam keadaan siswa, tingkah laku, latar belakang, dan
kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya. Seorang guruharus mampu memberikan
pertimbangan pemecahan atau jalan penyelesaiannya, agar
siswadapat menentukan pemecahan
masalah yang terbaik bagi kesulitan yang sedang dihadapi. Dalam
memberikan bantuan dan pertimbangan guru juga harus memperhatikan aspek-aspek
yang meliputi pribadi siswa yang bermasalah, antara lain kedewasaan; bakat;
kemampuan; lingkungan; dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang diberi bantuan dan pertimbangan pemesahan masalah dapat menentukan pemecahan masalah yang dihadapinya secara tepat.
Di antara proses memperoleh informasi dan membantu siswa yang bermasalah
antara lain melalui analisis kesulitan belajar. Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha
lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Melihat pentingnya peningkatan hasil belajar bagi seorang siswa, maka
dituntut untuk lebih berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Untuk memenuhi
tuntutan itu siswa harus dalam keadaan tenang dan nyaman. Sedangkan guru harus
dapat mengidentifikasi segala permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Siswa yang
memiliki masalah seperti kurang motivasi belajar, kurang berkonsentrasi, kurang
percaya diri, kurang bisa membagi waktu dan tidak bisa bersosialisasi harus
diberikan dukungan dan bantuan untuk memecahkan masalahnya dengan pemberian
pertimbangan pemecahan masalah yang tepat.
Kondisi yang demikian ini juga
dialami siswi Kelas X. Yang
bersangkutan mengalami masalah kurangnya motivasi belajar, kepercayaan
diri dan tingkat kosentrasi disamping tingkat SDM yang lemah dalam mata pelajaran bahasa Arab, hal ini
dibuktikan dengan hasil tes yang rendah di
bawah rata-rata kelas. Berdasarkan
permasalahan tersebut maka perlu adanya tindak lanjut terhadap siswa yang
mempunyai nilai dibawah standar kelulusan minimal (SKM) ini. Selain masalah
hasil belajar indikasi lain adalah rendahnya tingkat dan tidak teraturnya kebiasaan belajar siswa.
Pada laporan analisis kesulitan belajar kali ini akan dibahas tentang
faktor-faktor penghambat dan penyebab kesulitan belajar siswi yang bersangkutan
baik di lingkungan kelas, sekolah atau tempat tinggalnya dengan mengangkat tema
“Analisis Kesulitan Belajar Siswi Kelas X Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab”.
B. Pengertian Analisis
Kamus besar bahasa Indonesia
mendefinisikan analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya
dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Sedangkan menurut Poerwadarminta (1984:
40), Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan
sebagainya) untuk mengetahui apa sebabnya, bagaimana duduk perkaranya dan
sebagainya.
Dari beberapa pengertian di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis adalah usaha untuk menyelidiki
suatu permasalahan dengan cara menguraikan sutu bagian menjadi sub-sub bagian
untuk mengetahui, memahami penyebab dan akar masalahnya.
C. Pengertian
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah hambatan atau
gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya
kesenjangan yang signifikan antara taraf integensi dan kemampuan akademik
yang seharusnya dicapai. Kesulitan
belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar
yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar. Sedangkan menurut Mulyadi (2010:6-7) kesulitan
belajar mempunyai pengertian yang luas dan termasuk di dalamnya pengertian-pengertian seperti:
1. Learning Disorder (ketergangguan
belajar)
Adalah keadaan di mana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada
dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak
terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh
adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajarnya
lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
2. Learning Disabilities (ketidakmampuan
belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu
kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di
bawah potensi intelektualnya.
3. Learning Disfungtion (ketidakfungsian
belajar)
Menunjukkan gejala di mana
proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada
tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan
psikologis lainnya.
4. Under Achiever (pencapaian
rendah)
Adalah mengacu kepada
murid-murid yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi
prestasi belajarnya tergolong rendah.
5. Slow Learner (lambat
belajar)
Adalah murid yang lambat dalam
proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid
yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Menurut Prayitno (1995:90-94) siswa
yang mengalami masalah belajar dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan
melalui :
1.
Tes kemampuan dasar
Setiap siswa
memiliki kemampuan dasar atau intelegensi tertentu. Tingkat kemampuan dasar ini
biasanya diukur atau diungkapkan dengan mengadministra-sikan tes intelegensi
yang sudah baku.
2.
Melalui Pengisian AUM PTSDL
Siswa
mengisi alat ungkap masalah yang berkenan dengan masalah belajar. Alat ini
dapat mengungkapkan prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana
belajar, diri pribadi dan lingkungan belajar.
3.
Tes Diagnostik
Tes
diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan
yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu, misalnya untuk bidang
studi matematika, apakah dijumpai kesalahan-kesalahan dalam operasi matematika
atau dalam pemakaian rumus. Dengan tes diagnostik sebenarnya sekaligus dapat
diketahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam bidang studi tertentu.
4.
Analisis Hasil Belajar
Tujuan
analisis hasil belajar sama dengan tujuan tes diagnostik, yaitu untuk
mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam mata pelajaran
atau bidang studi tertentu. Analisis hasil belajar prosedur dan pelaksanaannya
di-lakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang
ditampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik atau gambar, bentuk tiga
dimensi berupa model, maket, dan bentuk tiga dimensi hasil kerajinan dan
keterampilan tangan, gerak gerik suara, bentuk hasil belajar lainnya dapat
berupa foto, film, ataupun rekaman video.Di samping pengungkapan masalah
belajar tersebut di atas, dapat juga dilakukan melalui pengamatan langsung dan
menggunakan tes bakat dan minat terhadap
siswa.
5.
Langkah-langkah atau prosedur dan teknik pengunaan
masalah (diagnosa kesulitan belajar):
a.
Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Cara yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang diperkirakan
mengalami kesulitan belajar ialah dengan menandai siswa dalam satu kelas yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar dalam satu bidang studi.
b.
Melokalisasi letaknya kesulitan ( permasalahan),
setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan
belajar.
D. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar yang
dijalani siswa di sekolah maupun di luar sekolah terdapat berbagai kesulitan
yang dapat bersumber dari dirinya sendiri, pelajaran yang diterima, guru-guru,
teman-teman, keluarga dan sebagainya. Menurut Oemar Hamalik (1983:112), pada
garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada siswa dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
1.
Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada
diri siswa itu sendiri), antara lain:
a.
Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya
organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta
penyakit menahun.
b.
Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi
mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan
cenderung kurang.
c.
Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang
bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati,
serta ketidak matangan emosi.
d.
Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap
yang salah, seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah,
malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2.
Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul
dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
a.
Lingkungan sekolah, antara lain:
1.
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
2.
Terlalu berat beban belajar (siswa) dan untuk mengajar
(guru)
3.
Metode mengajar yang kurang memadai dan tidak menarik
4.
Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, serta
siswa dengan siswa yang kurang harmonis
5.
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
b.
Lingkungan keluarga (rumah), antara lain:
1.
Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis misal orang
tua sering bertengkar didepan anak, orang tua sering marah pada anak, orang tua
otoriter, peraturan dalam keluarga kaku, orang tua keras dan sebagainya. Hal
ini semua dapat mengangu anak belajar, sebagai akibatnya mungkin anak mungkin
anak tidak bisa berkonsentrasi belajar, anak sering melamun waktu belajar atau
anak mencari perhatian guru dengan menganggu teman dan sebagainya.
2.
Tuntutan orang tua yaitu bila tuntutan orang tua itu
tidak sesuai dengan kemampuan anak. Misalnya orang tua menuntut anaknya supaya
juara dikelasnya, sedangkan anak sendiri tidak mampu atau ada orang tua
menuntut agar nilai matematika, IPA harus tinggi, sedangkan anak tidak mampu
atau anak tidak punya minat atau bakat untuk bidang studi itu.
3.
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan
anaknya.
4.
Keadaan ekonomi.
5.
Siswa tulang punggung keluarga
c.
Lingkungan masyarakat, antara lain:
1.
Media cetak seperti komik, buku-buku pornografi.
2.
Media elektronik seperti TV, VCD, Playstation, dsb
3.
Media cetak seperti komik, buku-buku pornografi, dan
sebagainya.
E. Tujuan
Layanan Bimbingan Siswa
1.
Tujuan Umum
Usaha
layanan bimbingan siswa secara umum bertujuan untuk mengenal latar belakang
pribadi siswa yang mengalami kesulitan belajar serta memahami dan menetapkan
jenis dan sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebab dan penetapan
kemungkinan pemecahannya, baik cara pencegahan maupun penyembuhannya.
2. Tujuan
Khusus
Secara khusus, layanan bimbingan
kepada siswa bertujuan untuk:
a.
Membantu menumbuhkan motivasi belajar dan sikap positif siswa terhadap perbedaan individu di dalam kelas.
b.
Membantu
mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya.
c.
Membantu mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungan sekolah.
d.
Membantu mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan alternatif pemecahannya.
e.
Meningkatkan
hasil belajar siswa
F. Pentingnya
Layanan Bimbingan Siswa
Kegiatan
layanan bimbingan siswa mempunyai arti yang sangat penting dalam rangkaian
proses belajar-mengajar di sekolah. Secara umum layanan bimbingan ini dapat
memberikan manfaat bagi
klien antara lain:
1.
Klien memperoleh
bantuan untuk mengidentifikasi kasus atau masalah yang dihadapinya
dan jalan keluarnya.
2.
Klien bisa
memahami perbedaan individu di lingkungan belajar untuk meningkatkan
prestasi dan motovasi belajar.
3.
Klien dapat
bergaul di lingkungan rumah dan sekolah dengan lebih baik.
4.
Klien
mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
G. Alasan
Pemilihan Klien
Dalam
penyusunan layanan bimbingan ini praktikan sengaja memilih siswi yang bernama
Ayu Heni Fajar Tri Susanti siswi kelas X Harvard selanjutnya disebut klien
untuk dibahas kesulitan belajarnya, berdasarkan pengamatan praktikan klien
tersebut mempunyai tingkah laku yang berbeda di sekolah terutama pada saat
berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas yaitu :
1.
Klien kurang
dapat memahami pelajaran dengan baik.
2.
Klien
cenderung pendiam dan kurang aktif selama pelajaran.
3.
Klien
terlihat beberapa kali tidur di dalam kelas.
4.
Klien
mempunyai reputasi hasil belajar dibawah standar minimal kelulusan yang
ditetapkan oleh sekolah dengan perolehan nilai UTS 45.
Dengan
melihat fakta yang ada maka praktikan beranggapan bahwa keadaan di atas harus
segera diatasi karena akan menyebabkan kesulitan bagi peningkatan prestasi
belajar klien di masa mendatang. Oleh
karena itu praktikan memilih siswi tersebut
untuk dijadikan klien dalam pembahasanini.
H. Metode
Pengumpulan Data
Guna mengenal, memahami, dan
mengidentifikasi siswa yang bermasalah, membutuhkan pengumpulan data mengenai
siswa tersebut. Dalam analisis ini,
prosedur non-testing digunakan untuk memperoleh data siswa.
Prosedur non-testing tersebut antara lain:
1.
Angket Pribadi
Siswa
Angket
adalah instrumen pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan-pertanyaan
tentang diri klien yang harus dijawab/dikerjakan oleh klien. Dari angket
tersebut dapat dianalisis penyebab dari masalah yang dihadapi klien.
2.
Observasi
Teknik ini
dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan gejala dan tingkah laku pada
diri klien. Observasi dapat dilakukan dengan mengamati tingkah laku klien
selama mengikuti proses belajar mengajar di kelas, tingkah laku klien terhadap
teman-temannya atau terhadap gurunya.
3.
Interview / Wawancara
Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mewancarai
secara langsung klien itu sendiri dan orang-orang yang ‘dekat’ dengan klien,
seperti wali kelas dan teman dekat di kelas. Wawancara berguna untuk mendukung
data yang diperoleh dari angket.
4.
Daftar Cek
Masalah
Yaitu suatu
teknik pengumpulan data dengan menggunakan sebuah daftar kemungkinan masalah
yang disusun untuk mengetahui masalah yang pernah atau sedang dialami oleh
klien. Teknik ini dilakukan dalam bentuk lembar problem checklist.
1.
Studi Habit
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sebuah daftar kemungkinan
masalah yang disusun untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa. Teknik ini
dilakukan dalam bentuk lembar problem check list.
5.
Studi
Dokumenter
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menganalisis dan
membahas menggunakan rekap absen dan nilai prestasi akademik siswa.
I.
Konfidensialias
Dalam langkah ini, setelah
diperoleh data dari klien yang perlu diperhatikan adalah unsur kerahasian data,
agar klien bersedia mengutarakan dengan jujur tanpa rasa takut dan ragu. Setiap
layanan bimbingan harus dapat dijamin konfidensial atau kerahasian semua data
klien, dan tidak digunakan oleh puhak manapun tanpa seijin klien yang
bersangkutan, kecuali data tersebut digunakan untuk kepentingan klien.
Asas kerahasian ini diatur
dalam kode etik jabatan konselor (1995) yang berbunyi :
1.
Catatan
penting diri klien yang meliputi hasil wawancara, testing, surat menyurat, dan
perekaman data lain semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan
hanya boleh digunakan untuk kepentingan riset atau pendidikan calon konselor
asalkan identitas klien dirahasiakan.
2.
Adalah
kewajiban konselor untuk memegang rahasia klien, kewajiban ini tetap berlaku
walaupun konselor tidak lagi menangani kasus atau tidak berdinas lagi sebagai
konselor.
0 comments:
Post a Comment