Friday, August 12, 2016

Makalah Tasawuf



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tasawuf sebagai ajaran pembersihan hati dan jiwa memiliki sejarah perkembangan dari masa ke masa. Dalam sejarah perkembangannya, para ahli tasawuf membagi tasawuf  menjadi dua, yaitu tasawuf yang mengarah pada teori-teori perilaku dan tasawuf yang mengarah pada teori-teori rumit yag memerlukan pemahaman mendalam.
Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke arah pertama sering disebut dengan tasawuf akhlaki dan imani. Ada yang menyebutkan sebagai tasawuf yang banyak dikembangkan kaum salaf. Hakekat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia disebutkan Alquran dan Hadits. “Jika hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan orang yang memanggil jika Aku dipanggil.”
 Disini, sufi melihat persatuan manusia dengan Tuhan. Perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Tuhan dekat bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada makhluk lain sebagaimana dijelaskan hadis berikut, “Pada mulanya Aku adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Kuciptakan makhluk, dan melalui mereka Aku pun dikenal.”
 Disini pemakalah mencoba memaparkan pembahasan mengenai tasawufi amali.

B.     Rumusan Masalah
        a. Apa yang di maksud dengan tasawuf amali ?
        b. Apakah ajaran-ajaran tasawuf amali ?
        c. Apakah tokoh-tokoh tasawuf ?
       
C.    Tujuan Penulisan
        A. Mengetahui maksud tasawuf amali.
        b. Mengetahui ajaran-ajaran tasawuf amali.
        c. Mengetahui tokoh-tokoh tasawuf amali.


BAB II
PEMBAHASAN

A.                Tasawuf Amali
1.  Pengertian Tasawuf Amali
Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf amali adalah seperti yang dipraktekan di dalam kelompok tarekat, dimana dalam kelompok ini terdapat sejumlah sufi yang mendapat bimbingan dan petujuk dari seorang guru tentang bacaan dan amalan yang harus di tempuh oleh seorang sufi dalam mencapai kesempurnaan rohani agar dapat berhubungan langsung dengan Allah. Setiap kelompk tarekat memiliki metode, cara dan amalan yang berbeda satu sama lain. Berikut macam-macam maqom yang harus dilalui seorang sufi, yaitu:
·         Al-Maqamat
         Untuk mencapai tujuan tasawuf seseorang harus menempuh jalan yang panjang dan berat, perjalanan panjang dan berat tersebut dapat di pelajari melalui tahapan-tahapan tertentu atau yang biasa disebut dengan istilah al-Maqamat (stasiun=tahap-tahap). Perjalanan panjang itu dibagi kepada 7 macam, yaitu: Al-Taubah, Al-Wara’, Al-Zuhd, Al-Shabr, Al-Tawakkal dan Al-Ridho.
·         Al-Ahwal   
         Al-Ahwal adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang sebagai karunia Allah, bukan dari usahanya.
         Mengenai jumlah dan formasi al-Ahwal ini sebagian besar sufi berpendapat ada delapan, yaitu: Al-Muraqabah, Al-Khauf, Al-Raja’, Al-Syauq, Al-Uns, Al-Thoma’ninah, Al-Musyahadah dan Al-Yakin.
      2.      Istilah-istilah dalam tasawuf amali.
            Dilihat dari tingkatan dan komunitas itu, terdapat beberapa istilah sebagai berikut, yaitu:
1.      Menurut Al- Kalabazi dalam bukunya “At-Ta’arruf li al- Madzhab ahli ash-shaufiyah; menyatakan bahwa murid yaitu, orang yang mencari pengetahuan dan bimbingan dalam melaksanakan amal ibadahnya, dengan memusatkan segala perhatian dan usahanya kearah itu, melepas segala kemauannya dengan menggantungkan diri dan nasibnya kepada iradah Allah.
Murid dalam tasawuf ada tiga kelas, yaitu :
1.      Mubtadi atau Pemula, yaitu mereka yang baru mempelajari syari’at.
2.      Mutawassith, adalah tingkatan menengah yaitu, orang yang sudah dapat melewati kelas pemula, telah mempunyai pengetahuan yang cukup dengan syari’at.
3.      Muntahi, adalah tingkat atas atau orang yang telah matang ilmu syari’at sudah menjalani tarekat dan mendalami ilmu bathiniyah.
2.      Syekh yaitu, seorang pemimpin kelompok kerohanian, pengawas murid-murid dalam segala kehidupanny, penunjuk jalan dan sewaktu-waktu dianggap sebagai perantara antara seorang murid dengan Tuhannya.
3.      Wali dan Quthub , yaitu seseorang yang telah sampai kepuncak kesuucian bathin, memperoleh ilmu laduni yang tinggi sehingga tersingkap tabir rahasia yang gaib-gaib. Orang seperti ini akan memperoleh karunia dari Allah dan itulah yang disebut wali.[6]
            Dilihat dari sudut amalan serta jenis ilmu yang dipelajari, maka terdapat beberapa istialah yang khas dalam dunia tasawuf, yaitu : ilmu-lahir dan ilmu-bathin. Oleh karena itu cara memahami dan mengamalkannya juga harus memiliki aspek lahir dan aspek batin. Kedua aspek yang terkandung dalam ilmu itu mereka bagi kepada empat kelompok, yaitu :
1.      Syari’at.
     Syari’at mereka artikan sebagai amalan-amalan lahir yang difardukan dalam Agama, yang biasanya dikenal sebagai rukun Islam dan segala hal yang berhubungan dengan itu bersumber dari Al Quran dan Sunnah Rasul.
2.      Tarekat.
     Dalam melakukan syari’at tersebut di atas, haruslah berdasarkan tata cara yang telah digariskan dalam Agama dan dilakukan hanya karena pengahambaan diri kepada Allah, karena kecintaan kepada Allah dan karena ingin berjumpa dengan-Nya.
3.      Hakikat.
     Secara lughawi, hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber asal sesuatu. Dalam dunia sufi, hakikat diartikan sebagai aspek lain dari syari’at yang bersifat lahiriyah, yaitu aspek bathiniah. Dengan demikian dapat diartikan sebagai rahasia yang paling dalam dari segala amal, inti dari syari’at dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi.
4.      Ma’rifah.
     Dari segi bahasa, ma’rifah berarti pengetahuan atau pengalaman, sedangkan dalam istilah sufi, ma’rifah itu diartikan sebagai pengetahuan mengenai tuhan melalui hati sanubari.

 B.     Tokoh-Tokoh Tasawuf Amali
1.      Rabiah Al-Adawiah
     Bernama lengkap Rabi’ah bin Ismail Al-Adawiah Al-Bashriyah Al-Qaisiyah. Lahir tahun 95 H (713 H) di suatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat tahun 185 H (801 M).
     Rabiah Al-Adawiah dalam perkembangan mistisisme dalam Islam tercatat sebagai peletak dasar tasawuf berasaskan cinta kepada Allah SWT.
2.      Dzu Al-Nun Al-Mishri
     Bernama lengkap Abu Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim. Lahir di Ikhkim, daratan tinggi Mesir tahun 180 H (796 M) dan wafat tahun 246 H (856 M).
Al-Mishri membedakan ma’rifat  menjadi dua yaitu ma’rifat sufiah adalah pendekatan menggunakan pendekatan qalb dan ma’rifat aqliyah adalah pendekatan yang menggunakan akal. Ma’rifat menurutnya sebenarnya adalah musyahadah qalbiyah (penyaksian hati), sebab maa’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia.
3.      Abu Yazid Al-Bustami
     Bernama lengkap Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Syarusan Al-Bustami. Lahir di daerah Bustam (Persia) tahun 874 M dan wafat tahun 947 M. Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana dan baqa. Dalam istilah tasawuf, fana diartikan sebagai keadaan moral yang luhur. Dan fana berarti mendirikan sifat-sifat terpuji kepada Allah.
4.      Abu Manshur Al-Hallaj
     Bernama lengkap Abu Al-Mughist Al-Husain bin Mashur bin Muhammad Al-Baidhawi. Lahir di Baida sebuah kota kecil di daerah Persia tahun 244 H (855 M)
     Diantara ajaran tasawufnya yang paling terkenal adalah Al-Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud yang kemudian melahirkan paham wihdad al-wujud (kesatuan wujud) yang di kembangkan Ibnu Arabi.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
               Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tokoh-tokohnya adalah Rabiah Al-Adawiyah, Abu Yazid Al-Bustami, Dzu Al-Nun Al-Mishri, dan Abu Manshur Al-Hallaj.
B.       Saran
              Dalam memahami makalah yang sangat jauh dari kesempurnaan ini, Alhamdulillah telah selesai kami susun. Semoga bisa memberi pengetahuan baru tentang “ Tasawuf amali ” kepada semua pembaca makalah ini. Untuk perbaikan makalah ini, sudi kiranya dosen pembimbing serta para pembaca memberikan kritik dan saran yang mendukung terhadap makalah ini agar kami bisa lebih baik di masa yang akan datang. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Solihin, Muhammad. 2011. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.
Miswar. 2013. Akhlak Tasawuf. Bandung: Citapustaka Media Perintis








0 comments:

Post a Comment